Lima kesalahan Seller Pemula
Time to talk one by one.
1. Bingung dengan konsep "Personal Brand Building"
"Saya mau jual brownies, tapi bingung gimana mulainya"
"Saya pengen join reseller gamisnya brand X, tapi nggak bisa jualnya"
"Saya ada modal sekian juta, udah ngambil jualan banyak, tp kok rame pas awal doank, gimana ya maintenance-nya? "
Dan masih banyak segudang kebingungan lainnya yang dirasakan oleh onlineshop pemula. Keresahan, kekhawatiran dan kegalauan yang melanda justru akan membuat niat kita maju mundur cantik. Nggak action2.
Terus gimana?
Camera roll, take, ACTION!!!
Caranya???
*POSTING!*
Dimana?
SOSMED!
Posting jualan kita di sosmed sesering mungkin. Mengapa sering? Karena dari situ netizen bisa familiar dengan akun kita sebagai akun onlineshop yang disiplin posting perharinya. Dengan demikian, bangunan branding atas produk kita akan melekat kuat di mindset netizen tanpa kita sadari. Aktifkan selalu "alarm" diri utk reminder dalam 1 hari berapa postingan yang akan kita buat dan dijam berapa kita akan publish. Buat to-do-list seperti itu terus dalam jangka waktu 3-4 bulan pertama kita dalam memasarkan produk. Terus disiplinkan diri untuk posting dan posting. Karena marketing itu bukan sekadar ilmu dagang, tapi ilmu bagaimana kita bisa menjaga eksistensi diri di jagat cyber dengan persaingan bisnis yang makin kuat ini.
Namun jangan lupa juga konsep "sharing sharing dahulu selling kemudian"
2. Tidak konsisten dan tidak disiplin publish iklan_
Nah, ini penyakit. Harus segera dihilangkan. Onlineshop merupakan toko online yang akan menemukan beragam penolakan, yang juga akan berkali-kali mengalami "kesepian" lapak. Dan hanya segelintir onlineshop yang keep moving on, selebihnya jatuh terkapar lemah tak berdaya dalam kegalauan πππ
π
Akhirnya malas posting, karena jarang closing. Akhirnya malas bertanya dan berguru pada mentor, karena pesaing iklannya lbh bagus dan lebih tersohor. Akhirnya resign jadi reseller, statis, diam ditempat.
"Penyakit" galau ini yang bikin mandek eksistensi market kita, akhirnya kits kalah bersaing karena kredibilitas kita tidak diakui buyer. Kita seolah malas untuk mendisiplinkan diri posting iklan, maka jangan berharap ada komunikasi dua arah antara kita sebagai seller dan buyer. Boro-boro closing, yang ada nelangsa. Nah, kesimpulannya adalah mulai mendisiplinkan diri posting secara berkala, jaga konsisten dan komitmen dalam berniaga.
3. Tidak Memahami Konsep Market Plan
"Posting mah posting aja keleus Mas, nggak perlu mikirin konsep iklan".
Wahh, kurang tepat itu. Konsep iklan yang bagus adalah dimana ketika iklan yang kita tampilkan maksudnya tersampaikan dengan baik oleh netizen. Konsep ini yang akan bisa mem-"brain wash" buyer yang tadinya ragu jadi yakin, yang tadinya nggak niat beli malah beli. Ketika iklan itu "feel" dapet dan ngena banget di hati orang, maka dipastikan banyak yang melirik dan akhirnya kepo (closing atau tidak, urusan belakangan).
Nah, kawan2 pasti pernah dengar tentang jurus Covert Selling kan?
Covert selling, jurus rayuan maut kalau kata saya. Gimana nggak, covert selling adalah ilmu berdagang yang menggunakan keahlian bermain kata (tanpa berbohong tentunya). Jadi, kita jualan tanpa mengajak orang untuk membeli produk kita. Kita menawarkan dengan cara yang lebih persuasif dan elegan.
Maksudnya gimana sih mas, aku kok nggak mudeng π
Ok, let me give an example!
"Shanum gamis ini bikin aku nyaman banget pas di kantor, hang out bareng temen2 bahkan ngedate bareng kekasih halal. Rasanya pengen koleksi semua warna deh".
Itu seller gamis ππ»
π
Dia memainkan bahasa covert selling, adakah ajakan untuk membeli? Jawabannya pasti tidak.
Contoh lagi :
"Siang ini ngantuk banget ngerjain deadline kantor, untung ditemenin salad buah "Mpok Leha" ya
ng bikin merem melek segernya. Rasa emang nggak bisa bohong yaa"
ππ»tukang jualan salad buah π
Silakan tafsirkan sendiri pengertian Covert Selling menurut teman2.
John's Theory adalah ilmu kekuatan testimoni. Dimana testimoni baik berupa lisan maupun tulisan adalah kekuatan dahsyat yang bisa dimanfaatkan untuk bahan market plan kita.
"makasih banyak khimarnya sudah nyampe, ukhti. Kata suami, syukaaaa, bahannya adem, halus, lembut, nggak terawang"
"Mas, brownisnya udah nyampe, langsung ludes dimakan sendiri, nggak nahan lembutnya. Makasiiihh".
Nah, itu. The power of testimony. Atau rekomendasi dari mulut ke mulut secara lisan, itupun kekuatan untuk melebarkan sayap dan mencengkeram pangsa pasar lebih luas dan dalam lagi.
4. Hanya Bertujuan Closing
Jual beli bukan hanya tentang closing, Bro, Sist. Jual beli adalah surga atau neraka bagi kita sebagai seller. Jual beli adalah sebuah market dimana kita bisa menjalin kerjasama dan relasi dengan jaringan yang lebih luas tanpa batas. Maka, jalinlah silaturrahim dengan baik. Maka, perhaluslah dalam tutur kata ketika berinteraksi baik via text atau telp. Maka, jagalah kredibilitas diri dengan menjaga attitude kita sebagai seller yang professional dan beradab. Maka, closing yang akan mengejar kita, bukan kita yang capek ngejar closingan. Nanti kita yang dicari banyak orang, bukan kita yang capek nyari buyer.
Closingan memang penting, dan harus ditarget. Tapi, membiasakan diri berkata dan bersikap santun selama berniaga adalah umpan yang baik dlm menarik closingan. Allah Maha Membolak balikkan Hati Manusia. Biar Allah yang tentukan siapa saja yang berjodoh closingan dengan kita.
5. Tidak Informatif Dalam Memasarkan Produk_
Nah, ini yang harus onlineshop perhatikan betul2 jika jadi reseller. Kepercayaan diri kita dalam memasarkan produk adalah modal penting menuju closing. Jika kita tidak memberikan detail informasi yg cukup atas apa yg kita jual, maka akan timbul ketidakpuasan buyer. Aktifkan radar untuk tetap mepet ke mentor atau supplier agar dapat informasi produk seakurat mungkin. Kepercayaan diri kita tentu dapat menyalurkan energi positif bagi buyer.
Nah, itulah materi 5 kesalahan seller pemula
Tuesday, 12 November 2019
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment