Monday, 11 November 2019

0 Antibiotik, Penyelamat yang (kadang) salah pakai



[Antibiotik, Penyelamat yang (kadang) salah pakai]

Anda pernah menggunakan antibiotik? Bagaimana dengan keluarga atau teman Anda, pernahkah mereka menggunakan antibiotik?

Antibiotik, merupakan salah satu golongan obat yang cukup ‘laris’ di pasaran, hampir-hampir selaris obat demam dan obat nyeri. Jika Anda merasa asing dengan istilah antibiotik, mungkin amoksisillin (amoksan), tetrasiklin (super tetra), sefadroksil (lapicef, cefat), siprofloksasin (omeproksil), klindamisin, kotrimoksazol (Bactrim, Sanprima), sefiksim (cefila, sporetik) dan metronidazole (fladex, flagyl) lebih familiar. Yang disebutkan tadi hanyalah contoh kecil dari obat yang tergolong antibiotik.

Sekarang mari kita pelajari bersama, apa sebenarnya antibiotik itu, apa manfaatnya dan bagaimana cara meggunakan yang bijak, sehingga upaya pengobatan yang kita lakukan adalah upaya pengobatan yang rasional.

Antibiotik sendiri sebenarnya adalah zat kimia yg dihasilkan oleh mikroorganisme seperti bakteri atau jamur, yg dalam kadar rendah sudah mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau menghancurkan bakteri. Seperti yang kita ketahui, beberapa mikroorganisme ada yang bersifat pathogen, artinya dapat menimbulkan penyakit pada manusia, istilah umum penyakit tersebut adalah infeksi. Di awal kemunculannya, antibiotik dianggap seakan-akan "keajaiban" karena pada saat itu banyak kasus infeksi yang berujung kematian karena tidak adanya antibiotik. Saat ini penyakit infeksi yang sama bisa dengan "mudah" disembuhkan. Namun, bukan berarti semua penyakit infeksi membutuhkan antibiotik, sebab antibiotik hanya akan berpengaruh pada infeksi karena bakteri, sedang infeksi karena virus tentunya tidak akan mempan menggunakan antibiotik.

Antibiotik yang ditujukan untuk penggunaan sistemik (diminum atau disuntik) tergolong obat keras, artinya hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Peraturan dibuat demikian karena hanya profesi dokter (dengan ilmunya) yang dapat menentukan apakah pasien mengalami infeksi karena bakteri dan membutuhkan antibiotik. Kemudian dokter akan memilihkan antibiotik dan aturan pakai yang tepat dengan mempertimbangkan banyak hal, misalnya bakteri penyebabnya, keparahan infeksi dan usia pasien.

Demam, radang tenggorokan, batuk, pilek dan diare adalah penyakit-penyakit yang menurut anggapan banyak orang harus menggunakan antibiotik, namun nyatanya justru seringkali pengobatan yang rasional untuk penyakit tersebut adalah tanpa antibiotik, karena memang penyebabnya bukan bakteri. Batuk pilek misalnya, penyakit yang relatif sering dialami anak-anak, ternyata penyeba yang paling sering adalah virus, bukan bakteri, dan akan membaik dengan sendirinya. Penggunaan antibiotik pada infeksi karena virus tidak akan membawa manfaat apa-apa, justru malah membahayakan. Mengapa berbahaya? Ini akan kita bahas pada materi berikutnya.

Sampai disini, kita sudah mengetahui bersama, bahwa dalam upaya penggunaan antibiotik yang rasional salah satunya adalah dengan menggunakan antibiotik hanya berdasarkan rekomendasi dokter.

Penggunaan obat rasional adalah saat pasien menerima obat sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai, untuk jangka waktu yang cukup, dan dengan biaya yang terjangkau.

Sebagai contoh, menggunakan antibiotik untuk infeksi karena virus adalah tidak rasional, sebab tidak sesuai dengan kondisi klinisnya. Antibiotik membunuh bakteri, sedang dalam tubuh tidak ada bakteri penyebab sakit yang hendak dibunuh. Pastikan hanya gunakan antibiotik berdasarkan rekomendasi dokter.

Kita kembali ke pembahasan mengenai bahaya penggunaan antibiotik. Kita tahu bahwa bakteri adalah mahkluk hidup, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan potensi demikian, efeknya adalah ketika bakteri bertemu dengan antibiotik, bakteri akan berusaha mencari metode untuk bertahan tidak terbunuh oleh antibiotik tersebut. Kondisi dimana bakteri berhasil “menemukan” cara melawan antibiotik disebut resistensi antibiotik, artinya bakteri yang resisten tidak lagi dapat dibunuh dengan antibiotik tersebut. Efeknya, untuk kasus tersebut dibutuhkan pengobatan yang lebih lama, dengan antibiotik lain (antibiotik lini/pilihan ke-2) yang seringkali lebih mahal.

Akhir-akhir ini semakin banyak kasus dimana ternyata bakteri juga sudah resisten terhadap antibiotik pilihan ke 2,3 dst. Gawatnya adalah ketika ternyata sudah tidak ada lagi antibiotik yang bisa membunuh bakteri tersebut, untuk kasus tersebut, seakan-akan kembali ke jaman ketika belum ditemukan antibiotik, infeksi yang seharusnya bisa dengan mudah disembuhkan bisa berujung kematian. Tidak berhenti disana, bakteri yang resisten bisa “mengajarkan” metode tersebut kepada teman-temannya sesama bakteri, dan bisa menyebar ke orang lain dan membawa dampak kepada masyarakat luas.

Sebagai contoh adalah kasus yang menimpa suami Menteri Kesehatan periode 2012-2014 dr. Nafsiah Mboi. Dari 5 antibiotik terpilih, tidak ada satupun yang berhasil megendalikan infeksi yang dialami, justru jantung dan ginjalnya mengalami kegagalan fungsi setelah jenis antibiotik ke-5 dan akhirnya meninggal. Selengkapnya dapat dilihat di
http://health.kompas.com/read/2015/08/06/100845223/Cerita.Nafsiah.Mboi.Soal.Perjuangan.Almarhum.Suaminya.Lawan.Penyakit

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional sama artinya dengan memberi kesempatan bakteri patogen (pembawa penyakit) untuk belajar dan mengembangkan metode menjadi resisten terhadap antibiotik. Dan selalu ingat, yang dirugikan bukan hanya diri kita sendiri tapi juga masyarakat, sebab bakteri tersebut bisa menyebar.

Selain bahaya resistensi, masih ada lagi bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan antibiotik tidak rasional, yaitu rusaknya keseimbangan mikroorganisme dalam tubuh. Kerusakan ini utamanya mempengaruhi bakteri baik dalam saluran cerna. Tentunya kita tidak ingin menjadi agen perusak keseimbangan bukan?

 Kita pun sudah membahas salah satu akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah resistensi antibiotik. Artinya antibiotik tidak lagi mempan membunuh bakteri penyebab penyakit.

Bakteri yang resisten menjadi kebal dengan antibiotik. Ahkhirnya infeksi karena bakteri tersebut menjadi sulit disembuhkan, bahkan dapat menyebabkan kematian karena infeksi tidak terkendali. Resistensi antibiotik tidak hanya merugikan bagi seorang saja, namun juga masyarakat, sebab bakteri yang sudah resisten dapat menular dari satu orang ke orang lain.

Selain bahaya terjadinya resistensi, penggunaan antibiotik yang sembarangan juga dapat merusak keseimbangan mikroorganisme dalam tubuh. Banyak mikroorganisme dalam tubuh yang menguntungkan bagi kita. Tugas mereka misalnya:

1. membantu mencerna nutrisi;
2. Mensintesis vitamin K, yang sangat penting untuk proses pembekuan darah;
3. membantu sistem pertahanan tubuh, dengan membatasi pertumbuhan bakteri patogen (penyebab penyakit) dalam saluran cerna.

Dengan berbagai contoh diatas, dapat kita bayangkan bagaimana konsekuensinya jika kita menggunakan antibiotik dengan sembarangan. Bukannya malah sembuh, kita malah menambah penyakit dalam tubuh.

Lantas, bagaimanakah penggunaan antibiotik yang rasional itu? Apa saja yang perlu kita perhatikan jika misalnya suatu saat kita mendapat resep antibiotik?

Penggunaan obat rasional adalah saat pasien menerima obat sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai, untuk jangka waktu yang cukup, dan dengan biaya yang terjangkau. Dalam konteks antibiotik berikut langkah yang dapat kita lakukan:

1.Gunakan antibiotik hanya dengan resep dokter. Artinya, dokter sudah mempertimbangkan jika penyakit tersebut memang karena infeksi bakteri. Tentunya kita boleh saja bertanya pada dokter, misalnya apa jenis bakteri penyebabnya, bagaimana mencegahnya supaya tidak menularkan ke orang-orang dekat serta pencegahannya supaya kemudian hari tidak terinfeksi lagi.

2. Tidak gunakan antibiotik berdasarkan resep lalu. Kadang kita pernah mengalami suatu gejala (misal: demam, hidung tersumbat, tenggorokan sakit dll) kemudian dokter memberikan resep antibiotik. Dikemudian hari, kita mengalami sakit yang gejalanya mirip, kemudian serta-merta kita menggunakan antibiotik seperti yang dulu pernah dipakai. Hal ini tidaklah rasional, sebab belum tentu gejala yang sama pasti penyebabnya sama, bisa jadi tidak butuh antibiotik.

3. Demam, batuk, pilek tidak perlu antibiotik. Cukup istirahat dan makan bergizi. Jika sakit lebih dari 3 hari, hubungi dokter. Mengapa demikian? Tentunya hal ini berdasarkan penelitian bahwa sebagian besar demam, batuk, pilek bukanlah disebabkan bakteri, namun disebabkan virus. Kita sudah bahas jika antibiotik tidak bisa membunuh virus, sehingga penggunaan antibiotik pada infeksi karena virus adalah tidak rasional. Justru malah berbahaya karena potensi merusak keseimbangan bakteri dalam saluran cerna.

4. Kenali obat yang akan kita gunakan. Antibiotik banyak sekali jenisnya, selain itu merek yang beredar di Indonesia sangat beragam. Amoksisillin (amoksan), tetrasiklin (super tetra), sefadroksil (lapicef, cefat), siprofloksasin (omeproksil), klindamisin, kotrimoksazol (Bactrim, Sanprima), sefiksim (cefila, sporetik) dan metronidazole (fladex, flagyl) hanyalah sebagian kecilnya saja. Kita dapat bertanya pada profesi kesehatan yang sesuai, misalnya pada dokter (saat menerima resep) atau pada apoteker (pada saat menebus obat di apotek).

5. Pelajari cara penggunaanya. Antibiotik jenis satu dengan jenis lainnya memiliki cara pemakaian yang bisa jadi berbeda. Antibiotik harus diminum diwaktu yang sama tiap hari dengan jeda waktu yang rata. Sebagai contoh:

a. Amoksisillin 3 x 500 mg. Artinya, Amoksisillin diminum sehari 3 kali, tiap 8 jam, setiap kali minum 1 tablet 500 mg. Misalnya jam 5, jam 13 dan jam 21.

b. Sefiksim 2 x 200 mg. Artinya, Sefiksim diminum sehari 2 kali, taip 12 jam, setiap kali minum 1 tablet 200 mg. Misalnya jam 7 dan jam 19.

Ada juga aturan seperti berapa lama harus menggunakan (misalnya 3 hari, 5 hari dst, jangan menghentikan penggunaan antibiotik sebelum waktunya). Juga apakah diminumnya sesudah atau sebelum makan. Cukup rumit? Jangan khawatir, apoteker ataupun dokter pasti siap menjelaskan.

Penyusun: Primadi Avianto

#AntibiotikRasional
—-------------------------------------

0 comments:

Post a Comment

 

Informasi &; inspirasi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates