Saturday, 7 December 2019

0 Rawatlah

Rawatlah

Tak peduli berapa pun lamanya engkau menikah, rawatlah. Masa muda penuh semangat, masa pengantin baru penuh gelora. Menjadi pengantin baru di masa muda adalah saat dimana kepenatan tak terasa. Kita lebih siap menjalani rumah-tangga apa adanya. Tak perlu pemanis buatan. Bahkan rumah tanpa perabot pun sangat membahagiakan selama senyum tulus itu mengembang dengan jernih, saat ada fulus maupun tidak. TV? Apalagi. Sama sekali tak kita perlukan. Sebab jika yang diperlukan adalah hiburan, tidakkah “baity jannaty” menjadikan rumah kita seharusnya sebagai tempat terbaik yang menghibur hati? Sementara jika yang kita perlukan adalah ilmu, maka buku menyajikan lebih utuh dibandingkan liputan ilmu pengetahuan.
.
Tetapi tubuh ini tak selamanya muda. Pada saatnya akan menua. Semangat boleh saja tetap menyala-nyala, tetapi meskipun tak jatuh sakit oleh perjalanan yang menantang, fisik kita secara alamiah berubah. Dan tubuh kita memiliki hak. Ini pula yang harus kita sadari. Bukan untuk menyibukkan diri mencari alasan berlemah-lemah dalam dakwah, tetapi untuk lebih cerdas dalam menata waktu dan mengambil helaan nafas untuk istirahat. Di saat seperti ini, istirahat merupakan bagian penting menjaga diri dan agama agar istiqamah.
.
Anak-anak memiliki hak. Istri juga mempunyai hak. Dakwah itu fardhu kifayah dan fardhu kifayah diakhirkan daripada fardhu ain, termasuk fardhu ain terhadap keluarga. Tetapi ada saat dimana fardhu kifayah itu berubah menjadi fardhu ain manakala dalam urusan itu hanya dia sendiri yang mampu. Fardhu ain baginya, fardhu kifayah bagi ummat di kawasan tersebut.
.
Salah satu kebahagiaan dari menunaikan fardhu kifayah dalam dakwah adalah manakala semakin banyak yang memahami, dan kian bertambah yang mengamalkan. Ia berbahagia manakala bermunculan orang-orang yang dapat memaparkan ilmu tersebut dengan benar dan lurus, sehingga ia dapat mencurahkan perhatian untuk bagian ilmu lain yang belum banyak disentuh. Pada saat yang sama ia memiliki kesempatan untuk tetap menjaga merawat keluarga. Secara lebih spesifik lagi adalah merawat tetanaman agung bernama pernikahan.
.
Tak berarti harus berbanyak jalan-jalan. Tetapi bertambahnya usia perkawinan kita tidak berarti keharusan untuk menjaga merawat ikatan agung itu telah usai. Ini bukan semata soal cinta, tetapi yang jauh lebih mendasar lagi karena ikatan perkawinan adalah perjanjian sangat berat antara kita dan Allah ‘Azza wa Jalla. Mitsaqan ghalizha. Maka kepada-Nya pula kita memohon penjagaan dan kebaikan perkawinan. Bukan sekedar upaya zahir yang tampak sebagai kemesraan.


0 comments:

Post a Comment

 

Informasi &; inspirasi Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates