Wednesday, 29 January 2020
0 MENCAPAI GIZI OPTIMAL BAGI GENERASI MILENIAL (DAN Z) (dr. Agustiawan)
MENCAPAI GIZI OPTIMAL BAGI GENERASI MILENIAL (DAN Z)
(dr. Agustiawan)
Telinga kita tentunya akrab dengan kata “Generasi Milenial”, mereka adalah orang yang lahir dari tahun 1980 sampai dengan 1997. Artinya, teman-teman milenial kita telah berumur 23 sampai dengan 40 tahun, usia yang akan sangat berperan di tahun 2030 ketika negara kita mengalami Bonus Demografi. Bonus demografi merupakan kondisi dimana jumlah kelompok usia produktif (15-64 tahun) jauh melebihi kelompok usia tidak produktif (anak-anak usia <14 berusia="" dan="" orang="" tahun="" tua="">65). Bonus demografi ini seharusnya tercermin dari angka rasio ketergantungan (dependency ratio), yaitu rasio antara kelompok usia yang tidak produktif dan yang produktif. rfasio ketergantungan Indonesia di tahun 2030 akan mencapai angka terendah, yaitu 44%. 14>
Perbandingan kelompok usia produktif dengan yang tidak produktif akan mencapai lebih dari dua kali lipat (100/44). Singkatnya, selama terjadi bonus demografi tersebut komposisi penduduk Indonesia akan didominasi oleh kelompok usia produktif yang seharusnya menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi negara kita. Negara maju seperti Jepang, Kanada, atau negara Skandinavia tak lagi produktif karena kelompok usia produktifnya terus menyusut. Kenapa saya pakai kata seharusnya dalam beberapa kalimat sebelumnya? Iya, hal tersebut menunjukkan sesuatu yang ideal, atau seharusnya terjadi. Kita bukan cenayang yang dapat memprediksi masa depan, tetapi kita masing-masing punya andil dalam mempersiapkan kondisi ideal tersebut.
Salah satu masalah yang sering ditemukan pada “kaum” milenial dan Z adalah masalah gizi. Masalah gizi yang terjadi pada mereka menyerupai dua arah kutup yang berlawanan, dimana satu masalah disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dan masalah lainnya disebabkan oleh asupan gizi yang lebih. Masalah gizi ini sangat memengaruhi produktifitas seseorang sebagai individu maupun sebagai bagian dari suatu sistem. Konsep yang digunakan sebagai acuan gizi kita sekarang adalah “Pesan Umum Gizi Seimbang” yang telah digunakan sejak akhir abad ke 20 untuk menggantikan empat sehat lima sempurna. Prinsip “PUGS” umumnya merupakan prinsip kombinasi makanan, yang telah dipopulerkan sampai sekarang sebagai “Isi Piringku”.
Zat gizi didapatkan oleh seseorang dari memakan makanan yang mengandung zat gizi makro seperti karbohidrat (pada nasi, roti, gandum, jagung maupun sagu), protein dan lemak yang dapat kita temukan dari hewan maupun tumbuhan. Zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral akan kita dapatkan dari buah-buahan serta sayur-sayuran. Karbohidrat digunakan oleh tubuh untuk proses pembentukkan energi, sedangkan lemak sebagai sumber cadangan energ. Protein dengan zat gizi mikro lainnya digunakan untuk proses pembangunan maupun regenerasi kerusakan sel. Kekurangan dan kelebihan zat gizi ini akan memiliki dampak terhadap tubuh kita. Sebut saja seseorang yang kekurangan makan akan mengalami gizi kurang, sedangkan dia yang kelebihan makan akan mengalami obesitas dan overweight.
Kekurangan gizi akut yang terjadi pada sobat kita generasi Z (anak yang lahir tahun 2000-an) akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembannya. Kondisi tersebut apabila dibiarkan akan menyebabkan stunting (kerdil) dan hambatan dalam perkembangan kognitif. Jadi, jangan heran kalau nanti kita akan melihat anak-anak yang jadi penerus kita 10 tahun lagi akan menjadi pendek dan “lambat loading” apabila kita tidak mempersiapkan diri dari sekarang. Kondisi seperti itu dapat terjadi karena kurangnya asuhan dari orang tua, orangtua haruslah awas terhadap berat badan anaknya dengan menimbangnya setiap bulan atau minimal 3 bulan sekali dan melakukan konsultasi gizi ke ahli gizi atau bidan terdekat (jika tidak ada ahli gizi).
Gizi buruk atau kurang pada adik balita kita tentunya bukan hanya disebabkan oleh kekurangan asupan dan asuhan orangtua saja, tetapi ada faktor lain seperti penyakit penyerta terutama infeksi saluran pernafasan dan diare. Terbukti bahwa kedua penyakit tersebut dapat menyebabkan anak-anak balita dan batita mengalami gizi buruk, sehingga Instagram: agustiawan28:
kedua kondisi di atas tidak boleh dianggap remeh. Infeksi saluran nafas secara langsung dapat meningkatkan metabolisme anak (alhasil kebutuhan gizi juga meningkat), kesulitan makan (karena sakit di bagian tenggorok, mulut dan sebagainya), menyebabkan muntah dan dapat juga menyebabkan komplikasi berupa diare. Diare juga secara langsung menyebabkan muntah dan mengganggu penyerapan zat gizi. Secara tidak langsung, ada beberapa mitos yang membuat orangtua mem”puasa”kan anak dengan infeksi saluran nafas dan diare, sedangkan rekomendasi dari WHO menyebutkan bahwa asupan makan anak dengan diare harus diteruskan.
Berbeda dengan permasalahan gizi yang terjadi pada anak usia sekolah. Anak usia sekolah membutuhkan energi yang banyak untuk belajar dan berfikir. Anak sekolah yang tidak sarapan terbukti mengalami penurunan konsentrasi dan cenderung mengantuk saat belajar, meskipun tentunya tidak semua mengalami hal demikian, tapi umumnya begitu. Pemberian makanan yang seimbang harus disiapkan untuk mereka, yang terdiri dari sumber karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin.
Menu yang disiapkan juga tidak perlu mahal, bisa murah asal bergizi. Misalnya: anak yang akan pergi sekolah diberikan sarapan nasi goreng telur dengan sayur sawi dan timun sebagai sayurnya dengan minuman susu rendah gula. Menu lain yang dapat dibuat adalah tempe dan tahu yang merupakan sumber protein nabati yang baik. Tempe di Indonesia juga terbukti memiliki vitamin B12 yang dapat mencegah anemia megaloblastik. Beberapa bahan yang murah meriah dan enak seperti telur, tahu dan tempe dapat menjadi rekomendasi untuk makanan murah bergizi. Buah-buahan seperti pepaya dan pisang yang dapat kita tanam sendiri juga sudah cukup untuk memenuhi asupan buah kita.
Anemia merupakan salah satu masalah pokok yang sering kita temukan pada wanita usia produktif yang kekurangan asupan makanan, terutama makanan yang berasal dari hewan (seperti susu, telur, dan daging). Dampak anemia ini besar terhadap wanita usia produktif, terutama mereka yang ingin atau sedang mengandung. Anemia pada ibu dapat menurunkan asupan gizi yang sampai kepada janinya, sehingga janinnya bisa kecil bahkan sampai memiliki risiko untuk mengalami keguguran. Selain itu, kurang energi kronik pada remaja maupun pemuda usia reproduktif juga menjadi masalah yang umumnya kita temukan. Kenapa bisa? pertama, hal ini bisa terjadi karena ada beberapa orang yang malas makan untuk menjaga berat badan tubuhnya hingga dia tidak sadar kalau dia sudah terlalu kurus. Alasan kedua adalah karena makanan yang dimakan tidak beragam.
Hal ini pernah saya temui ketika masih menjadi mahasiswa kedokteran. Saya menemukan kalau di suatu perkampungan nelayan semuanya makan ikan, tapi mereka tetap kurus. Setelah dilakukan pemeriksaan gizi, mereka kebanyakan mengalami kurang energi kronik (KEK). Hal ini disebabkan karena mereka kurang atau hampir tidak mengkonsumsi sumber karbohidrat. Masyarakat di wilayah perairan sangat mudah mendapatkan ikan, bisa langsung dengan cara memancing. Kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa kalau sudah makan ikan cukup, tidak perlu lagi pakai nasi atau makanan lain. Kejadian di atas merupakan satu gambaran apabila “Isi Piringku” tidak diamalkan dengan baik.
Asupan karbohidrat maupun makanan yang berlebihan pada anak usia sekolah juga memiliki efek buruk dalam jangka pendek, seperti mengantuk. Hal ini disebabkan oleh karena kebanyakan energi yang dialirkan oleh darah dalam tubuh kita menuju ke daerah perut, sehingga asupan ke otak berkurang dan membuat kita mengantuk dan kurang konnsentrasi dalam belajar. Jadi, ambil satu centong nasi aja ya, perbanyak buah dan sayurannya. Kelebihan asupan gizi yang terus menerus pada anak juga dapat menyebabkan obesitas pada anak, beberapa orangtua ada yang senang karena masih terngiang dengan pepatah orang tua kalau “makin gamuk makin makmur”, sehingga tidak menyebabkan mereka merasakan ini sebagai masalah.
Obesitas pada anak dapat menjadi faktor risiko Diabetes pada anak. Diabetes merupakan kondisi dimana tubuh kita gagal untuk mengubah gula dalam darah menjadInstagram: agustiawan28:
i gula otot yang digunakan untuk beraktivitas. Diabetes sering dihubungkan dengan hiperglikemia (kadar gula darah tinggi). Seseorang yang terkena diabetes harus makan obat atau menggunakan insulin setiap hari, mereka juga akan rentan dengan beberapa komplikasi seperti kebutaan akibat diabetes, penyakit ginjal, darah tinggi serta yang sering menyebabkan kematian adalah Koma Diabetes. Diabetes pada anak biasanya tidak tampak, hingga akhirnya anak tersebut mengalami koma diabetes.
Permasalahan gizi pada pekerja dan anak sekolah tidak jauh berbeda karena masih terkait dengan penurunan produktifitas dan konsentrasi kerja akibat kekurangan asupan gizi akut, hingga peningkatan risiko penyakit degeneratif (penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi dan jantung) yang mengancam produktifitas serta harapan hidup yang akhirnya akan membuat keluarganya kehilangan tulang punggung. Hal ini juga tentunya akan memiliki efek domino seperti putus sekolah (akibat kehilangan tulang punggung), wanita yang harus berperan ganda (mengurus keluarga, anak dan suami atau sebaliknya), dan lain sebagainya.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban kejadian penyakit tidak menular yang besar. Hal ini dikaitkan dengan gaya makan makanan cepat saji yang kaya karbohidrat, males gerak (bisa karena memang mager atau bisa jadi karena cuaca yang panas jadi malas jalan), kebiasaan merokok dan malas untuk memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Gizi pada para pekerja dapat dioptimalisasikan dengan makan makanan yang beragam seperti nasi dengan telur ditambah sayur, tahu dan tempe. Kalau ada uang lebih bisa beli ikan dan ayam untuk makan siangnya. Banyaknya makan orang pada umumnya tiga kali sehari dengan pembagian pagi, siang dan sore/malam. Boleh saja ditambah snack antara makan pagi ke siang dan makan siang ke sore/malam.
Kontrol apa yang masuk ke mulut, kurangi cemilan karena itu akan membuat kita tidak menyadari bahwa kita telah mengunyah banyak energi. Energi berlebih yang ada di dalam tubuh kita akan disimpan sebagai lemak dan seseorang pun akan terlihat gendut. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara produktifitas kerja dengan berat badan lebih, dimana orang dengan berat badan lebih umumnya memiliki produktifitas yang lebih rendah. Penelitian saya sendiri saat skripsi dulu menemukan bahwa orang dengan berat badan lebih memiliki ketahanan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang memiliki berat badan ideal.
Intinya, zat gizi yang masuk ke tubuh kita harus optimal, tidak boleh secara signifikan kurang ataupun lebih. Apalagi kalau sampai kondisi tersebut dibiarkan terus hingga akhirnya tidak sadar kalau sudah memiliki risiko atau sudah sakit. Asupan gizi yang tepat dapat kita konsultasikan ke ahli gizi terdekat, mereka biasanya ada di puskesmas atau bahkan teman SMA atau SMP kita, atau mungkin kamu sendiri memiliki istri seorang ahli gizi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment